Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 26 April 2009

TEORI AMBANG BATAS

Tiada dapat kita pungkiri, bahwa segala sesuatu di dunia ini selalu memiliki keterbatasan. Sekeras apapun baja pasti memiliki titik luluh, begitu pula dengan material lain yang kita telah kenal, misalnya beton, batu dan sebgainya. Teknologi beton bertulang yang memadukan dua unsur kekuatan-antara beton yang memiliki keunggulan dalam menahan gaya tekan dengan baja yang unggul dalam menahan gaya tarik ternyata juga masih memiliki keterbatasan dalam pembuatan gelagar lebih panjang dari 10 meter, misalnya pada pembangunan jembatan.

Oleh karena itu manusia menemukan teknologi beton prategang untuk melayani keperluan pembuatan struktur jembatan dengan bentang yang lebih panjang daripada gelagar beton bertulang.Dan ketika beton prategang ternyata juga tidak mampu diaplikasikan pada struktur gelagar yang lebih panjang lagi, maka para ahli kembali beralih pada struktur rangka baja yang bisa dipakai untuk bentang jembatan hingga 80 meter. Namun, struktur rangka baja ternyata masih memiliki keterbatasan, sehingga para ahli perlu berfikir lagi untuk menemukan teknologi yang lebih unggul lagi.

Begitulah, manusia akan selalu dihadapkan pada keterbatasan dengan alam yang membuatnya terpacu untuk mencari dan terus mencari terobosan baru guna memenuhi keperluannya yang terus bertambah. Begitu pula dengan bidang transportasi, kebutuhan yang tak pernah berhenti ini telah membuat manusia mengenal berbagai moda transportasi, mulai dari moda transportasi darat, sungai, laut sampai udara.

Akan tetapi, sampai kapankah manusia akan dapat menciptakan kreasi baru untuk mengimbangi kebutuhannya, sedangkan alam yang kita miliki hanya begitu-begitu saja, bahkan potensi aslinya cenderung menurun karena terus digali dan digali. Pernahkah kita membayangkan suatu kondisi dimana bumi ini telah dipadati oleh gedung pencakar langit yang penuh manusia, jalanan sudah penuh dengan padatnya kendaraan dan tidak tidak mungkin diperlebar lagi, lautan sudah padat dengan kapal-kapal, dan pesawat terbang sudah bersliweran memenuhi angkasa diatas kepala kita ?.

Saya, pernah membayangkan hal itu pada akhirnya akan terjadi apabila manusia masih tetap berkutat dengan teknologi transportasi seperti yang kita lihat saat ini. Masyarakat masih mengandalkan kendaran pribadi untuk melakukan pergerakan lalu lintas, tanpa tahu bahwa banyak orng lain yang melakukan hal serupa dengannya. Sehingga dengan bertambahnya jumlah penduduk, otomatis jumlah pergerakan lalu lintas akan bertambah sedangkan jumlah alokasi lahan untuk jalan raya sulit untuk diperluas, bahkan cenderung stagnan. Apabila hal ini terus dibiarkan seperti saat ini mungkin tiga puluh tahun lagi orang akan cenderung memilih untuk berjalan kaki karena jalanan sudah begitu macetnya.

Namun, saya tidak percaya hal ini akan terjadi karena saya tahu bahwa manusia selalu menemukan cara untuk mensiasati kondisi disekitarnya guna mendapatkan kebutuhannya. Mungkin dua puluh lima tahun kedepan, kita sudah memulai penggunaan Sistem Angkut Umum Massa (SAUM) sebagai antisipasi mengatasi kemacetan lalu lintas di kota Malang yang berupa trem atau bahkan subway, karena dengan melihat perkembangan lalu lintas saat ini dapat dipastikan bahwa dua puluh tahun lagi warga kota Malang sudah akrab dengan kemacetan lalu lintas bila pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor pribadi tidak diatur secara ketat mulai sekarang.

Tetapi, sampai kapan penggunaan SAUM dapat diandalkan sebagai sarana pergerakan yang layak ? Dengan terus bertambahnya jumlah pengguna, maka semakin lama tingkat kenyamanan dari SAUM juga makin berkurang. Kalau kita melihat kota-kota besar di negara-negara maju yang telah lama menggunakan SAUM, agaknya kita mulai melihat bahwa pada saat ini telah muncul trend baru untuk menggunakan moda lain untuk melakukan pergerakan didalam kota, yaitu memakai helikopter pribadi yang berukuran kecil dan mampu mendarat dengan mudah diatas puncak gedung-gedung bertingkat, di halaman rumah, maupun di tempat-tempat parkir. Helikopter ini mampu mengangkut dua penumpang beserta pilot dengan tingkat pengendalian yang relatif mudah sehingga mudah dioperasikan oleh masyarakat luas. Terlepas dari kesan eksklusif dari pengguna moda ini, akan tetapi hendaklah dipahami bahwa SAUM juga memiliki keterbatasan sehingga akan tiba suatu masa dimana manusia mulai memilih moda alternatif selain SAUM sebagai pilihannya.

Lantas apa yang akan terjadi dengan transportasi kita pada tiga ratus tahun, bahkan lima ratus tahun kedepan ?
Saya memperkirakan bahwa pada masa itu SAUM berupa trem atau subway di kota-kota besar sudah tidak layak lagi, dan kendaraan bermotor pribadi sudah tinggal sejarah belaka. Pada masa itu manusia sudah sangat akrab dengan teknologi informasi serat optik dan satelit sehingga mereka dapat lebih sering tinggal di rumah karena segala kebutuhan dapat dilakukan dengan jaringan komputer on-line.

Mahasiswa tidak perlu pergi ke kampus karena materi kuliah, bahkan soal ujian sudah bisa diberikan melalui internet sehingga dia tinggal menjawabnya lewat e-mail pula. Ibu-ibu tidak perlu pergi berbelanja ke pasar karena dapat berbelanja lewat e-commerce. Uang kontan hampir tidak ditemui karena semua transaksi dilakukan dengan kartu kredit sedangkan gaji karyawan pada saat itu langsung ditransfer kepada rekening masing-masing secara on-line pula. Saat itu telah muncul komunitas warga kelas dua di muka bumi, yaitu robot yang menjadi budak untuk melayani keperluan manusia sehari-hari.

Kalaupun manusia pada masa itu harus pergi ke tempat lain, mungkin mereka memakai moda transfer molekuler seperti yang dulu sering kita lihat pada film seri televisi Star Trek. Begitu pula dengan moda angkutan barang, semuanya memakai moda transfer molekuler. Sekalipun saat ini terasa mustahil, akan tetapi juga perlu menjadi pertimbangan bagi kita. Bagaimanapun juga, moda ini memiliki keunggulan dibandingkan moda transportasi lainnya, terutama dalam hal kecepatan dan hampir tidak memerlukan lahan tanah sebagai prasarana angkutan, serta bebas polusi udara. Karena itu tidak ada salahnya kalau kita pada saat ini mulai memikirkan moda yang satu ini sebagai moda transportasi masa depan. Bukankah semuanya bisa saja menjadi kenyataan, bila manusia benar-benar mau berusaha mewujudkannya ?

Lalu, apa yang akan terjadi pada seribu tahun atau bahkan sepuluh ribu tahun lagi ? Ah, saya sudah tidak mau membayangkan lagi karena mungkin saja titik puncak peradapan manusia sudah dicapai hingga hanya satu yang mampu membatasinya, yaitu datangnya saat kiamat alias Armageddon.

(Oleh : M Helmy Hisyam)
(Mahasiswa Sipil FT Unibraw)
ditulis pada tanggal : 05/09/2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar di bawah ini :