Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Minggu, 04 Maret 2012

Bambu, alternatif material rumah murah

Pohon bambu adalah sebuah tumbuhan yang bisa ditemui hampir di seluruh wilayah Indonesia, dan penggunaan bambu sebagai material untuk membangun rumah sudah kita kenal sejak jaman dulu kala, bahkan sebelum datangnya bangsa kolonial yang memperkenalkan konsep bangunan rumah permanen dengan material yang umum kita kenal pada saat ini. Hanya saja karena image masyarakat yang cenderung menganggap rumah bambu adalah rumah orang miskin dan rumah batu adalah rumah yang melambangkan status kemapanan maka material bambu semakin terpinggirkan dan tak diminati lagi sebagai material bangunan rumah.

Kini jika saya melihat ke desa-desa, paling banter material bambu dipakai sebagai struktur tambahan alias bangunan sementara seperti sosoran belakang tempat gudang, dapur kotor atau mencuci. Nanti kalau sudah ada dana tambahan maka segera dirobohkan untuk dibangun menjadi bangunan berdinding bata merah. Biasanya bambu masih dipakai sebagai struktur bangunan permanen, tapi ya buat kandang sapi atau kandang kambing....:(

Kalo bukan sih ya biasanya bambu hanya dipakai saat pembangunan rumah sebagai tangga bambu, penyangga bekisting cor lantai atau andang alias pengganti scaffolding buat kegiatan memasang batu bata, plester, mengecat dsb.
Intinya, bambu telah menjadi material yang terpinggirkan. Hanya masyarakat miskin yang masih memakai rumah bambu, lantaran terpaksa karena tak memiliki cukup uang. Jika ada program bedah rumah dari pemerintah, yang menjadi target adalah rumah-rumah berdinding anyaman bambu alias gedek untuk direnovasi menjadi rumah berdinding bata merah atau batako.

Padahal jika kita mengacu pada konsep go green house building atau membangun rumah ramah lingkungan, betapa banyak polusi yang ditimbulkan untuk membuat material bangunan yang umum dipakai seperti semen, besi tulangan, semen, bata merah, cat, keramik, genteng sampai asbes gelombang? Pernahkah kita berpikir bahwa untuk mencetak bata merah perlu kegiatan pembakaran sampai berhari-hari? Bahwa untuk mencetak besi mulai dari quarry tambang pasir besi, proses pengangkutan ke pabrik baja, proses tanur panas, sampai pengiriman ke rumah anda menghasilkan polusi akibat pembakaran BBM kendaraan dan proses peleburan di pabriknya? Belum lagi tentang pabrik semen yang merusak ekosistem bukit kapur akibat kegiatan penambangan bahan baku semen, dan sebagainya dan sebagainya...

Pernahkah pula kita berpikir bahwa bambu pun sebenarnya bisa diolah menjadi material yang tak kalah kuat dari besi tulangan dalam menciptakan struktur beton bertulang? Bambu bisa dibudidayakan alias renewable, sedangkan pasir besi jika terus dikeruk lama-lama bakal habis. Harga bambu sangat murah, karena tumbuhan bambu bisa tumbuh lagi setiap kali dipotong tanpa butuh banyak perawatan seperti menanam padi..hehehe..

Ada sebuah posting di internet tentang penggunaan bambu yang bagi saya amat menarik untuk disimak, yang mungkin bisa dipakai sebagai alternatif pemikiran dalam membuat rumah murah. Ingatlah bahwa sebagus apapun bata merah, asal mulanya adalah sebongkah tanah. Kreativitas manusia lah yang memberikan nilai tambah. Silahkan membacanya :

Konstruksi Rumah Bambu Modern

Penulis : Ferihan F. Aditya Fotografer : Sjahrial Iqbal

“Rumah Bambu”. Begitulah rumah tinggal ini sering disebut karena unsur bambu sebagai unsur dekoratif melainkan juga sebagai material utama dalam struktur bangunan. Bambu memiliki kekuatan dan elastisitas yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan bangunan pengganti kayu maupun baja.

Konsep Massa Bangunan

Perencanaan dan perancangan rumah tinggal ini berawal dari konsep keluarga dan jumlah anggota keluarga. Massa bangunan dibagi menjadi tiga area. Area pertama adalah massa bangunan Timur untuk area orang tua, bersifat privat. Area kedua adalah bale-bale bambu terbuka di tengah lahan untuk area bersama, bersifat publik. Area ketiga adalah massa bangunan Barat untuk area anak-anak, bersifat semiprivat. Konsep dari bentuk fisik dan tata letak massa bangunannya sendiri disesuaikan dengan keberadaan 9 pohon cengkeh yang sudah berada di lahan tersebut sebelum dimulainya proses konstruksi bangunan. Hal inilah yang menyebabkan munculnya konsep bangunan ramping. Perwujudannya adalah massa bangunan dibuat dengan dengan sistem modular dengan jarak antar kolom sebesar 3.5 sampai dengan 4 meter yang diletakkan diantara pohon cengkeh yang tumbuh subur dan masih produktif.

Massa bangunan Timur dan massa bangunan Barat masing-masing berdiri sendiri. Semua ruangan tidur berada di lantai atas setiap massa bangunan agar privasinya lebih terjaga. Lantai dasar terdiri dari ruang tidur tamu, ruang makan dan pantri, dapur besar serta musala. Untuk lantai dasar, kedua massa bangunan dihubungkan oleh bale-bale bambu terbuka yang merupakan pusat dari rumah tinggal ini. Bale-bale ini cukup luas yaitu 50 m2 dan didesain tanpa dinding dan pintu sehingga terbuka bebas menghadap ke bagian depan rumah dan ke bagian belakang rumah. Bale-bale bambu dan jembatan bambu menggunakan batangan bambu utuh sebagai lantai. Baloknya menggunakan teknik baut.

Untuk lantai atas, kedua massa bangunan dihubungkan oleh jembatan bambu yang juga didesain terbuka. Jembatan ini tepat berada di atas bale-bale bambu sehingga sekaligus berfungsi sebagai atap bagi bale-bale tersebut. Jembatan ini rencananya akan diberi penutup atap dengan struktur tenda. Ruang terbuka ini didesain agar terjalin hubungan dan keselarasan antara ruang dalam dan ruang luar.

Akhirnya kita dapat melihat keinginan perancang sekaligus pemilik rumah ini yang berusaha untuk menerapkan konsep green architecture melalui konsep daur ulang, penghormatan terhadap keberadaan eksisting pohon cengkeh, pemakaian material bambu secara inovasi yang diitegrasikan dengan penggunaan material bekas telah menghasilkan sebuah karya arsitektur dan ramah lingkungan yang patut kita apresiasi bersama.

Pemilik : Budi Faisal

Lokasi : Eco Pesantren Daarut Tauhiid

: Jl. Cigugur Girang, Kampung Pangsor, Desa Cigugur Girang, Kecamatan

Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Arsitek : Budi Faisal

Eksplorasi Bambu dan Pemanfaatan Material Bekas Pada Bangunan


Bambu adalah material utama yang dieksplorasi rumah tinggal ini. Mengapa bambu? Bambu dipilih karena pemilik rumah ingin menggunakan material yang tidak banyak membutuhkan energi dalam pelaksanaannya. Di samping itu sekaligus berfungsi juga sebagai alat untuk mensosialisasikan kemungkinan jenis material alami lain selain kayu untuk bahan bangunan. Tidak seperti pohon kayu yang sekali tebang habis, bambu dapat dipanen setiap 3 tahun sekali dan terus menerus tumbuh selama akaranya tidak ikut dirusak, sehingga bambu dapat cepat diperbaharui, renewable and suistenable material. Bambu sangat mudah diperoleh, terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dari segi biaya, bambu lebih murah sedangkan dari segi pelaksanaannya, bambu juga mudah diolah menjadi berbagaijenis bahan bangunan.

Bambu yang digunakan pada rumah tinggal inididapat dari daerah Parongpong, Lembang, Ciwidey dan sekitarnya. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali/apus, bambu temen, bambu petung dan bambu gombong. Sebelum digunakan sebagai bahan bangunan, furnitur maupun elemen estetis, bambu terlebih dahulu dibawa ke workshop untuk diproses terlebih dahulu. Bambu diawetkan dengan cara perendaman dengan campuran 5 % bahan kimia dan 95 % air selama 14 hari, kemudian dikeringkan. Sebagian besar, bambu diolah menjadi bahan bangunan yang dikerjakan langsung di lokasi bangunan. Namun ada juga yang diproses terlebih dahulu di workshop yaitu untuk pembuatan panel lantai bambu dan anyaman gedek bambu.

Aplikasi struktur bambu pada rumah tinggal ini bermacam-macam. Massa bangunan Timur dan massa bangunan Barat menggunakan bambu hanya sebagai struktur utama maupun sebagai dinding pengisi. Bambu gombong atau bambu petung berdiameter 10 – 12 cm dimasukkan ke dalam kolom struktur, kemudian diberi tulangan besi dan dicor beton. Bambu ini dapat mengurangi jumlah cor beton sampai 50 % nya. Teknik ini disebut bamboocrete. Bambu berbentuk anyaman digunakan pada sebagian dinding sebagai pengganti bata atau batako. Anyaman bambu tersebut dilapisi kedua sisinya oleh ram kawat berbentuk “honey”, kemudian diplester dengan finishing kamprot atau acian biasa. Teknik ini disebut plastered bamboo wall yang dapat menghemat biaya dari Rp95.000,00/m2 menjadi Rp72.000,00/m2 dibandingkan dengan dinding batu bata konvensional. Bambu juga digunakan sebagai bahan penutup lantai. Batang-batang bambu dipotong kecil-kecil, kemudian direkatkan satu sama lain sehingga membentuk sebuah panel, disebut laminated bamboo floor.

Selain menggunakan bambu sebagai material utama, rumah ini juga menerapkan konsep recycled materials dengan cara menggunakan material-material bekas yang banyak dijual di pinggiran jalan kota Bandung akibat dari banyaknya bongkaran rumah-rumah jaman Belanda yang dihancurkan oleh pemiliknya untuk diganti dengan bangunan baru. Material bekas yang digunakan di rumah ini adalah balok dan papan rasamala, multiplek, genteng plentong, tulangan besi berbagai ukuran, bongkaran kaca dan sebagainya. Penggunaan material-material bekas ini selain untuk mengurangi limbah terhadap lingkungan juga dapat menghemat total biaya pembangunan sampai 30 %.

sumber : http://www.griya-asri.com/2009/12/konstruksi-rumah-bambu-modern/

2 komentar:

  1. untuk membut rumah dgn struktur sebagian beton dan Bambu, jatuhnta harga perM2 biaya pembangunannya berapa Rp Bro.. . tks

    BalasHapus

Silahkan Tinggalkan Komentar di bawah ini :